Heboh !! Presenter Stasiun Metro TV Disomasi Ormas karena Gaya Penyampaian Satir

Jakarta – Presenter berita Metro TV, Valentinus Resa, menjadi sorotan publik setelah menerima somasi dari organisasi masyarakat (ormas) Perisai Kebenaran Nasional. Somasi tersebut dilayangkan terkait gaya penyampaian Valentinus yang dinilai terlalu satir dan jenaka saat membawakan berita.
Somasi resmi itu dikirimkan pada awal April 2025. Dalam suratnya, ormas Perisai Kebenaran Nasional menilai bahwa cara Valentinus membawakan berita telah melampaui batas norma penyiaran yang berlaku dan dianggap dapat menurunkan kualitas jurnalisme televisi nasional.
Ketua ormas Perisai Kebenaran Nasional menyebut gaya Valentinus tidak mencerminkan profesionalisme seorang jurnalis. “Kami khawatir masyarakat mendapat pesan yang salah dari cara penyampaian yang cenderung satir dan mengandung unsur humor,” ujarnya.
Valentinus Resa dikenal luas karena pendekatan “out of the box” dalam membawakan berita. Ia kerap menambahkan sentuhan ringan dan komentar jenaka yang dianggap segar oleh sebagian pemirsa, terutama kalangan muda. Gaya ini dinilai sebagai upaya mendekatkan berita dengan audiens yang lebih luas di era digital.
Menanggapi somasi tersebut, pihak Metro TV belum memberikan pernyataan resmi. Namun di media sosial, dukungan terhadap Valentinus terus mengalir. Akun Instagram pribadinya mengalami lonjakan pengikut signifikan, dari 56 ribu menjadi hampir 79 ribu hanya dalam dua hari sejak somasi mencuat ke publik.
Valentinus merupakan alumnus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dan telah lama berkarier di dunia jurnalistik. Ia dikenal memiliki latar belakang kuat dalam penyiaran dan sering membawakan program berita dengan pendekatan yang berbeda dari presenter pada umumnya.
Kasus ini menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat: apakah jurnalisme boleh tampil lebih santai dan jenaka, atau harus tetap berpegang pada gaya formal yang telah lama menjadi standar?
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan lebih lanjut dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkait polemik tersebut. **